IMAM THARIQ bin Syihab pernah menuturkan sebuah kisah indah dalam suatu majelis,
"Ada dua orang melakukan pengembaraan. Suatu hari, meraka memasuki daerah yang didiami oleh sebuah kaum yang menyembah berhala. Kaum itu memiliki berhala yang disembah dan dikeramatkan. Orang yang melewati daerah mereka, harus memberikan korban sebagai sembahan untuk berhala itu. Jika tidak mau memberikan korban, maka mereka tidak akan dibiarkan keluar dari daerah itu dalam keadaan hidup.
Dua Orang itupun mengalami hal yang sama. Mereka harus memberikan sesembahan pada berhala. Lelaki pertama sangat takut pada kematian. Karena dia tidak memiliki apa-apa, akhirnya dia menangkap seekor lalat dan memberikannya kepada berhala itu sebagai sesembahan.
Sedangkan lelaki yang kedua, tetap teguh memegang akidahnya. Dia tidak mau berkorban untuk berhala itu, meskipun dengan seekor lalat. Dia memilih untuk taat pada ajaran agamanya, berkorban hanya boleh dilakukan jika sesuai dengan syariat, yaitu kurban Idul Adha yang dilakukan ikhlas karena Allah.
Sedangkan memberikan sesembahan pada berhala,-meskipun hanya dengan seekor lalat- adalah perbuatan menyekutukan Allah. Itu adalah dosa paling besar. Akhirnya, dia dibunuh. Dia mati syahid mempertahankan akidahnya dan masuk syurga.
Adapun lelaki yang satunya, akhirnya meneruskan perjalanan. Namun naas, baru berjalan beberapa puluh langkah, di tengah padang pasir dia digigit ular berbisa dan akhirnya mati. Namun, dia mati dalam keadaan musyrik (menyekutukan Allah). Dia masuk neraka karena menyekutukan Allah, dengan mempersembahkan seekor lalat pada berhala."
Begitu pula dengan yang sekarang banyak terjadi di kalangan umat Islam. Masyarakat-masyarakat yang masih percaya dengan sesembahan,-baik itu sesajen dkk-, itu adalah suatu kemusyrikan yang nyata. Na'udzubillahi min dzaalik. Semoga Kita tidak terpelosok kedalam dalam kesesatan. Dan beruntunglah kita yang sudah "disesatkan" ke dalam Jalan Kebenaran.
Wallahu'alam
Abu Ubaidah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar