Pages

Sesungguhnya kemauan yang kuat untuk memikul amanah dan kewajiban yang dibebankan Alllah kepada kita adalah sebuah kemuliaan dan keuntungan, bukan beban dan kerugian.

Minggu, 29 Maret 2009

TRAGEDI SITU GINTUNG

MUSIBAH SITU GINTUNG SEBUAH PERINGATAN

By pimpii

Di tengah hingar bingar suasana Pesta Demokrasi, dimana perhatian seluruh rakyat ini hanyut dalam suasana kampanye puluhan partai politik dan ribuan Caleg di negeri ini, kita tiba-tiba terhenyak : Jumat dini hari (27/3) ini di kawasan Ciputat Tanggerang, tanggul Waduk Situ Gintung tiba-tiba jebol dan jutaan meter kubik air menghanyutkan dan memporak-porandakan ratusan rumah penduduk berikut penghuni di sekitarnya. Kabar terakhir sudah puluhan warga yang meninggal dan masih banyak yang dinyatakan hilang. Hingga kini Tim SAR masih melakukan pencarian dan evakuasi korban.


sga


Tak terperikan duka nestapa mereka yang terkena musibah. Kehilangan keluarga, kehilangan harta, kehilangan benda, kehilangan mata pencaharian, bahkan mungkin kehilangan harapan. Di sini Pimpii mendoakan agar mereka yang tertimpa musibah tetap tabah dan mendapat bantuan serta santunan yang layak dari Pemerintah, sekedar bisa sedikit meringankan beban derita mereka.

Jebolnya tanggul Waduk Situ Gintung diduga karena curah hujan yang tinggi sehingga kapasitas waduk yang hanya 2 juta meter kubik itu tidak mampu menampung limpahan air hujan yang datang berlipat-lipat. Menurut pejabat yang bertanggung jawab terhadap waduk tersebut, bangunan yang yang dikerjakan pada tahun 1932 itu memang sudah tua dan kurang layak lagi, sehingga musibah ini dapat dikategorikan force majeur dan kembali alam (dengan curah hujannya yang berlebihan) yang layak untuk dipersalahkan.


Benarkah demikian? Cukupkah demikian?. Tanpa bermaksud mencari pihak yang dipersalahkan — karena ternyata bangunan tersebut tidak dilengkapi dengan sistem pengamanan dan antisipasi dini terhadap bahaya, mengingat terdapat pemukiman yang padat di sekitar waduk / tanggul — bolehkah Pimpii berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi dan lagi tidak terulang di negeri ini. Bolehkah Pimpii berharap kepada pemerintah dan kepada calon wakil rakyat yang sebentar lagi di pilih dan terpilih untuk mencegah hal seperti ini tidak terjadi?

Musibah Situ Gintung nyata-nyata adalah sebuah peringatan. Karena baru kita sadar masih terdapat puluhan (37 situ) di wilayah yang sama yang tentunya mempunyai potensi menimbulkan musibah yang sama. Belum lagi waduk-waduk di wilayah lain yang jumlahnya tak terhitung. Haruskah terjadi lagi di tempat lain?.

Dan semoga tidak ada yang memanfaatkan musibah ini demi kepentingan politik. Dan pejabat serta mereka serta merta yang berduyun-duyun datang ke lokasi kejadian benar-benar tulus memberikan bantuan atas nama kemanusiaan.


Sumber : eramuslim.com

Musibah Situ Gintung

MUSIBAH SITU GINTUNG SEBUAH PERINGATAN

By pimpii

Di tengah hingar bingar suasana Pesta Demokrasi, dimana perhatian seluruh rakyat ini hanyut dalam suasana kampanye puluhan partai politik dan ribuan Caleg di negeri ini, kita tiba-tiba terhenyak : Jumat dini hari (27/3) ini di kawasan Ciputat Tanggerang, tanggul Waduk Situ Gintung tiba-tiba jebol dan jutaan meter kubik air menghanyutkan dan memporak-porandakan ratusan rumah penduduk berikut penghuni di sekitarnya. Kabar terakhir sudah puluhan warga yang meninggal dan masih banyak yang dinyatakan hilang. Hingga kini Tim SAR masih melakukan pencarian dan evakuasi korban.


sga


Tak terperikan duka nestapa mereka yang terkena musibah. Kehilangan keluarga, kehilangan harta, kehilangan benda, kehilangan mata pencaharian, bahkan mungkin kehilangan harapan. Di sini Pimpii mendoakan agar mereka yang tertimpa musibah tetap tabah dan mendapat bantuan serta santunan yang layak dari Pemerintah, sekedar bisa sedikit meringankan beban derita mereka.

Jebolnya tanggul Waduk Situ Gintung diduga karena curah hujan yang tinggi sehingga kapasitas waduk yang hanya 2 juta meter kubik itu tidak mampu menampung limpahan air hujan yang datang berlipat-lipat. Menurut pejabat yang bertanggung jawab terhadap waduk tersebut, bangunan yang yang dikerjakan pada tahun 1932 itu memang sudah tua dan kurang layak lagi, sehingga musibah ini dapat dikategorikan force majeur dan kembali alam (dengan curah hujannya yang berlebihan) yang layak untuk dipersalahkan.


Benarkah demikian? Cukupkah demikian?. Tanpa bermaksud mencari pihak yang dipersalahkan — karena ternyata bangunan tersebut tidak dilengkapi dengan sistem pengamanan dan antisipasi dini terhadap bahaya, mengingat terdapat pemukiman yang padat di sekitar waduk / tanggul — bolehkah Pimpii berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi dan lagi tidak terulang di negeri ini. Bolehkah Pimpii berharap kepada pemerintah dan kepada calon wakil rakyat yang sebentar lagi di pilih dan terpilih untuk mencegah hal seperti ini tidak terjadi?

Musibah Situ Gintung nyata-nyata adalah sebuah peringatan. Karena baru kita sadar masih terdapat puluhan (37 situ) di wilayah yang sama yang tentunya mempunyai potensi menimbulkan musibah yang sama. Belum lagi waduk-waduk di wilayah lain yang jumlahnya tak terhitung. Haruskah terjadi lagi di tempat lain?.

Dan semoga tidak ada yang memanfaatkan musibah ini demi kepentingan politik. Dan pejabat serta mereka serta merta yang berduyun-duyun datang ke lokasi kejadian benar-benar tulus memberikan bantuan atas nama kemanusiaan.