Pages

Sesungguhnya kemauan yang kuat untuk memikul amanah dan kewajiban yang dibebankan Alllah kepada kita adalah sebuah kemuliaan dan keuntungan, bukan beban dan kerugian.

Sabtu, 30 Mei 2009

Masuk Surga dan Masuk Neraka karena Seekor Lalat

IMAM THARIQ bin Syihab pernah menuturkan sebuah kisah indah dalam suatu majelis,

"Ada dua orang melakukan pengembaraan. Suatu hari, meraka memasuki daerah yang didiami oleh sebuah kaum yang menyembah berhala. Kaum itu memiliki berhala yang disembah dan dikeramatkan. Orang yang melewati daerah mereka, harus memberikan korban sebagai sembahan untuk berhala itu. Jika tidak mau memberikan korban, maka mereka tidak akan dibiarkan keluar dari daerah itu dalam keadaan hidup.

Dua Orang itupun mengalami hal yang sama. Mereka harus memberikan sesembahan pada berhala. Lelaki pertama sangat takut pada kematian. Karena dia tidak memiliki apa-apa, akhirnya dia menangkap seekor lalat dan memberikannya kepada berhala itu sebagai sesembahan.

Sedangkan lelaki yang kedua, tetap teguh memegang akidahnya. Dia tidak mau berkorban untuk berhala itu, meskipun dengan seekor lalat. Dia memilih untuk taat pada ajaran agamanya, berkorban hanya boleh dilakukan jika sesuai dengan syariat, yaitu kurban Idul Adha yang dilakukan ikhlas karena Allah.

Sedangkan memberikan sesembahan pada berhala,-meskipun hanya dengan seekor lalat- adalah perbuatan menyekutukan Allah. Itu adalah dosa paling besar. Akhirnya, dia dibunuh. Dia mati syahid mempertahankan akidahnya dan masuk syurga.

Adapun lelaki yang satunya, akhirnya meneruskan perjalanan. Namun naas, baru berjalan beberapa puluh langkah, di tengah padang pasir dia digigit ular berbisa dan akhirnya mati. Namun, dia mati dalam keadaan musyrik (menyekutukan Allah). Dia masuk neraka karena menyekutukan Allah, dengan mempersembahkan seekor lalat pada berhala."

Begitu pula dengan yang sekarang banyak terjadi di kalangan umat Islam. Masyarakat-masyarakat yang masih percaya dengan sesembahan,-baik itu sesajen dkk-, itu adalah suatu kemusyrikan yang nyata. Na'udzubillahi min dzaalik. Semoga Kita tidak terpelosok kedalam dalam kesesatan. Dan beruntunglah kita yang sudah "disesatkan" ke dalam Jalan Kebenaran.
Wallahu'alam
Abu Ubaidah

Kamis, 28 Mei 2009

Perjalanan Cinta

Cinta itu aku mulai sejak aku duduk di bangku SMA kelas 2. Cinta yang begitu indah, setelah aku lama berkubang dalam cinta semu yang tiada kejelasan kemana harus melangkah. Cinta itu aku temukan setelah merasakan cahaya cinta yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Setelah menyadari betapa indah mencintai-Nya, maka ada perasaan ingin sekali aku berkorban apapun untuk-Nya. Karena bagiku pengorbanan kecil ataupun besar, bila kulakukan hanya untuk-Nya takkan bernilai sia-sia. Hingga serasa aku ingin mati untuk-Nya. Dan cinta yang aku persembahkan untuk-Nya tak pernah bertepuk sebelah tangan, karena akupun merasakan betapa aku berada dalam cinta yang selalu berbalas. Aku sadar, aku bukanlah orang yang sempurna, karena banyak orang-orang hebat yang juga mencintai-Nya dan mereka menunjukkan kecintaan mereka dengan pengorbanan yang sangat untuk-Nya. Tetapi tetap saja aku membandel dan memutuskan untuk menggantungkan cinta hanya untuk-Nya.

Tetapi sejalan dengan waktu hingga sekarang, terhitung 4 tahun sudah, aku merasa telah mengkhianati cinta itu. Aku malu, sungguh malu, mengaku cinta tapi terkadang aku malah melakukan hal2 yang mungkin membuat aku seperti tak mencintai-Nya. Bahkan sekarang aku mengalami sakitnya patah hati. Aku jauh dari-Nya. Aku sadar bukan Dia yang pergi menjauh, tapi justru akulah yang pergi dahulu hingga aku tak tahan untuk hidup sendiri. Cinta ini mulai pudar, cinta ini mulai berkurang. Aku bertanya-tanya mungkinkah karena aku mencintai yang lain hingga secara tak sadar cinta itu melebihi kecintaan yang harus aku berikan pada-Nya. Pernah aku mendengar kisah tentang orang-orang yang pudar cintanya kepada-Nya, betapa mereka lebih memilih cinta yang semu melebihi kecintaan pada Dzat yang abadi. Dan akhirnya mereka pun hancur karena kesalahan mereka sendiri. Oh Tuhan aku takut jika itu terjadi padaku, aku takut jika cinta itu mulai luntur dan punah begitu saja.

Hingga aku hanya mampu menangis dalam sendiri..........
Sumber : eramuslim.com

Selasa, 12 Mei 2009

Foto-foto kegiatan Rohis SMKN 6








Agar Amal Tidak Sia-Sia


Hai orang-orang yang beriman, taatlah kalian kepada Allah, juga taatlah kalian kepada RasulNya, dan janganlah kalian mensia-siakan (pahala) amal kalian“. (Muhammad: 33)

Memang Ramadhan dalam konteks waktu dan salah satu dari bulan Allah sudah berlalu meninggalkan kita. Namun semangat dan nilai Ramadhan sepatutnya tetap hadir menyertai keseharian kita. Ramadhan bukan “satu-satunya” bulan untuk beramal dan bertaqarub kepada Allah. Ramadhan hanya momentum untuk meningkatkan dan memaksimalkan kebaikan kita sebagai bekal menghadapi sebelas bulan berikutnya. Untuk itu, Ramadhan akan senantiasa hadir menyambangi kita pada setiap tahunnya. Alangkah rugi dan pelitnya seseorang yang hanya mau bersemangat beribadah dan beramal shalih hanya di bulan tertentu. Demikian juga tidaklah baik seseorang yang hanya mampu beribadah dengan baik dan maksimal di tempat tertentu yang mengandung nilai pahala lebih, seperti di Mekkah misalnya ketika menunaikan ibadah umrah atau haji, namun setelah pulang ke tanah air, kelesuan beribadah kembali terjadi di mana-mana.

Ayat ini oleh sebagian mufassir dijadikan dasar akan hilangnya pahala amal kebaikan yang berhasil dilakukan oleh seseorang jika setelah kebaikan itu ia kembali terjerumus ke dalam dosa dan kemaksiatan, atau jika ia tidak mampu mempertahankan kebaikan tersebut di waktu berikutnya. Ayat ini juga secara korelatif memiliki hubung kait yang erat dengan ayat sebelumnya: “Sesungguhnya orang-orang kafir dan (yang) menghalangi manusia dari jalan Allah serta memusuhi Rasul setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun. dan Allah akan menghapuskan (pahala) amal-amal mereka.” (Muhammad: 32).

Kontens kedua ayat tersebut intinya berbicara tentang perilaku yang dapat menyia-nyiakan amal kebaikan, Perbedaannya, pada ayat 32 ini ancaman Allah ditujukan kepada mereka yang menghalangi manusia dari jalan Allah dan memusuhi Rasulullah saw, sehingga pada ayat 33 Allah mengingatkan orang-orang yang beriman agar tidak menyia-nyiakan amal ketaatan mereka dengan apapun bentuknya seperti yang diancamkan oleh Allah kepada golongan yang ingkar sebelum mereka. Di sini bentuk kasih sayang Allah terhadap kekasih-Nya dari orang-orang beriman sangat ketara agar mereka tetap ta’at kepad-aNya kapanpun dan di manapun, tanpa ada batasan waktu dan tempat, apalagi alasan sempat dan tidak sempat.

Ayat ketiga yang berbicara tentang perilaku yang dapat mensia-siakan amal baik seseorang adalah surah Al-Hujurat: 2 yang bermaksud:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.” (Al-Hujurat: 2).

Adab kepada Rasulullah saw. dalam berbicara yang disebutkan oleh ayat ini langsung diperintahkan oleh Allah sawt. yang ditujukan secara langsung juga kepada orang yang beriman, karena pada hakikatnya taat kepada Rasulullah adalah taat kepada Allah, “Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (An-Nisa’: 80).

Justeru tidak berakhlak baik kepada Rasulullah dalam segala bentuknya dapat mengakibatkan hapusnya pahala kebaikan yang dilakukan oleh orang yang beriman.

Terdapat banyak pendapat para ulama tentang sikap dan perilaku yang mengakibatkan terhapusnya amal baik seseorang.

Imam Ath-Thabari, Ibnu Katsir dan Al-Qurthubi misalnya menyebutkan bahwa mensia-siakan amal adalah dengan melakukan kaba’ir (dosa-dosa besar. Pendapat seperti ini pernah dikemukakan oleh Hasan Al-Bashri dengan berhujjah dengan surat Al-Hujurat: 2, bahwa tidak beradab kepada Rasulullah merupakan dosa besar yang dapat menghapus pahala amal shalih seseorang.

Imam Qatadah pula berpendapat bahwa amal kebaikan akan sia-sia apabila setelah itu diiringi dengan kembali melakukan dosa dan kemaksiatan. Sedangkan Ibnu Abbas berpandangan bahwa amal kebaikan itu dikhawatirkan akan hapus pahalanya jika disertai dengan riya’ dan ‘ujub (berbangga diri).

Secara umum pendapat mereka berkisar pada segala jenis kemaksiatan dan dosa, apapun bentuknya dikhawatirkan akan menghapus dan mensia-siakan amal taat yang pernah dilakukan oleh seseorang.

Pandangan para ulama di atas diperkuat oleh sebab turun ayat ini seperti yang diriwayatkan oleh Abul Aliyah. Abul Aliyah menukil riwayat tentang sebab turun ayat ini bahwa para sahabat sebelum turun ayat ini memandang tidak masalah berbuat dosa karena mereka telah beriman, seperti juga mereka menganggap bahwa tidak ada gunanya amal jika disertai dengan syirik. Maka turunlah ayat ini yang menegur mereka agar berhati-hati dengan setiap dosa karena dapat mensia-siakan amal.

Oleh karena itu, seorang muslim “yang cerdas” adalah seorang yang mampu meneruskan musim ketaatan pasca Ramadhan. Demikian pula, sejatinya orang yang telah mengukir prestasi dengan beramal dan menjalankan ketaatan yang maksimal di bulan Ramadhan, sangat disayangkan jika setelah melewatinya kembali masuk dalam kelompok pelaku maksiat. Sebagaimana orang-orang yang sudah berhasil merasakan lezatnya ketaatan, indahnya ibadah, sangat disayangkan jika harus kalah dan kembali pada kesengsaraan karena berlumuran dosa dan kemaksiatan. Padahal di antara tanda diterimanya suatu amal ibadah seseorang adalah jika dia dapat konsisten dan lebih banyak lagi melakukan amal tanpa melihat waktu atau bulan tertentu dan tempat tertentu yang memiliki keutamaan. “Jadilah hamba Rabbani, dan bukan hamba Ramadhani.” Dan itulah makna hakiki dari firman Allah swt, Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)”. (Al-Hijr: 99).

So, jangan sia-siakan kebaikan ini dan jadikan “musim Ramadhan” terus mengisi waktu-waktu kita. Amin


Sumber : eramuslim.com

Sabtu, 02 Mei 2009

KEGIATAN-KEGIATAN ROHIS 6

MENTORING / HALAQOH

Mentoring merupakan aktivitas yang biasa dilakukan dilingkungan kampus atau universitas. Suatu kumpulan atau kelompok kecil yang bersama-sama mengkaji ilmu-ilmu pengetahuan khususnya yang bersifat religius modern. Mereka bersama-sama membuat suatu komitmen yang akan mereka laksanakan. Aktivitas mentoring berupa transformasi ilmu dari mentor atau murobbi kepada para aktivis. Mentoring merupakan salah satu program kerja dari ROHIS 6

MAJALAH DINDING ROHIS

Majalah dinding Rohis merupakan majalah dinding sekolah yang bernuansa Islami. Mading Rohis ini dikoordinatori oleh Departemen Mading, baik Ikhwan maupun Akhwat. Kegiatan ini termasuk kegiatan rutin yang sudah ada.

PHBI

Acara ini diadakan setiap ada acara PHBI yang alhamdulillah dapet dukungan dari pihak sekolah.

DAUROH DAN RIHLAH

Kegiatan Dauroh ini biasanya dilakukan setahun sekali. Tapi kalau Rihlah biasanya pergi-pergi ke suatu tempat, untuk berekreasi, tau lebih tepatnya yaitu jalan-jalan. Tapi diisi dengan hal-hal yang bermanfaat. Di acara ini kita pergi ke luar sekolah. Acara ini bertujuan kita bisa Refreshing setelah kesibukan sekolah. Di acara ini juga kita melakukan banyak aktivitas : Mentoring,Out Bond, Hiking,Games, Problem Solving, dll.

TAHSIN & TAHFIZ

Kegiatan Tahsin ini bertujuan agar siswa-siswi di SMAN 6 dapat belajar Al-Qur'an. Sebagai seorang muslim kita harus, mesti, wajib bisa baca Al-Qur'an dengan baik dan benar.

Kegiatan Tahfiz adalah suatu proses kegiatan penghafalan Al-Qur'an. Alhamdulillah untuk tahun ini kita berhasil mencetak beberapa orang yang sudah hafal juz 27-30 Insya Allah berikutnya ada yang 30 juz. Amiii...n.

KAJIAN

Acara ini biasa dilakukan setiap bulan. Biasanya kita mengundang pengisi acara dari luar. Disini kita akan kaji berbagai ilmu-ilmu tentang Islam.

GAMES & OUT BOND

Kegiatan ini biasa dilakukan ketika kajian, dauroh, rihlah, dan dll. Disini kita belajar kekompakan ukhuwah(persaudaraan), ketelitian, keseriusan dan sebagainya.

SQ (SANGGAR QUR'AN)

Kegiatan ini adalah salah satu proker keputrian (akhwat). KJ biasa dilakukan ketika sdang sholat jum'at (Khusus yang Akhwat). Ikhwan ga boleh ikutan.